Posts

Showing posts from November, 2019

Jerakah Pencemar Lingkungan Dengan Denda Dua Juta?

Image
foto: bali.tribunnews.com Kadang saya tidak terlalu suka dengan kenyinyiran netizen. Tapi seperti vitamin, kritik dan nyinyir itu kadang perlu, apalagi jika menyangkut rasa keadilan. Seperti yang terjadi baru-baru ini di Denpasar. Secara politik Kota Denpasar sudah biasa dimerahkan, tapi lain ceritanya kalau yang dimerahkan air sungai. Sebuah usaha sablon berhasil membuat heboh kota Denpasar dengan cara memerahkan sungai utama Kota Denpasar, Tukad Badung. Alhasil netizen ramai ‘mengutuk’ ulah pengusaha tersebut. Arus kecintaan orang Bali terhadap lingkungan memang sedang tinggi. Setelah sukses menghambat rencana proyek reklamasi Teluk Benoa, pemerintah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota terus mengeluarkan regulasi yang cukup pro-lingkungan. Terakhir perusahaan BUMN Pelindo III pun harus ‘tunduk’ dan merubah masterplan pengembangan Pelabuhan Benoa gara-gara ada mangrove yang mati. Singkat cerita Satpol PP Denpasar mengambil tindakan tegas dengan menyegel usaha

Budi Bahasa Netizen dan Agnez Mo

Image
Berkibarlah bendera negeriku, Berkibar di luas nuansamu. Tunjukkanlah kepada dunia, Ramah tamah budi bahasamu. Itu penggalan lirik lagu Merah Putih karya Gombloh yang dinyanyikan 50 artis Musica Studio pada tahun 1995 untuk memperingati usia emas Indonesia, 50 tahun. Salah satu lagu favorit saya. Meski kadang kalau saya membaca komentar netizen Indonesia membuat saya bertanya masih relevankah lirik itu. Termasuk komentar soal wawancara artis Indonesia yang sekarang berkarir di AS, Agnez Mo. Saya tak tahu budi bahasa Agnez Mo atau netizen yang lebih baik. Terus terang saja saya pun tak tertarik untuk melihat video wawancara yang sedang viral itu. Saya sendiri tak tahu banyak tentang karir Agnez Mo di AS. Tapi beberapa berita yang sempat saya baca Agnez berhasil masuk ke dalam lingkaran industri musik paling prestisius di dunia. Beberapa artis RnB diajaknya berkolaborasi. Ini tentu sebuah pencapaian pribadi yang luar biasa bagi seorang warga negara Indonesia, warga negara

Mengenang Ni Kadek Supandeni (Biang Dek)

Image
Saya sedang di Jakarta ketika kabar kepergian Ni Kadek Supandeni muncul di grup WA keluarga istri. Ucapan belasungkawa saya sampaikan di grup itu. Satu kalimat yang muncul di benak adalah, kapan terakhir kali kami bertemu? Sebelum saya bercerita siapa wanita yang biasa dipanggil Biang Dek oleh keponakannya tersebut saya harus mengembalikan memori saya ke bertahun-tahun yang lalu. Cerita perkenalan saya dengan perempuan yang kemudian menjadi istri saya sedikit saya percepat ke masa dimana saya akhirnya pindah ke Bali dan memulai pendekatan sesungguhnya.  Anggota keluarga yang pertama diperkenalkan kepada saya adalah kakak laki-lakinya yang baru saja memiliki anak kedua. Selanjutnya saya bertemu dengan kakak tertuanya hingga diijinkan untuk membawa jalan2 putrinya ke satu mal di Denpasar. Kemudian saya kembali bertamu ke rumah kakak laki-lakinya dan bertemu dengan pria yang kemudian menjadi ayah mertua saya.  Ada satu lagi diluar keluarga inti yang kemudian diperk