Kok Film ini Lebih Berat dari Joker

photo source: ventsmagazine.com

Kebetulan weekend kemarin saya punya pilihan beberapa film untuk ditonton. Sebenarnya saya ragu mau nonton yang mana, karena awalnya cuma mau nyiapin film untuk anak yang terpaksa 'libur' di rumah. Akhirnya karena ada waktu senggang saya memutuskan memilih film yang paling familiar dan ratingnya paling bagus. Joker. Kenapa saya sempat ragu karena saya menduga Joker akan cukup berat dan menguras emosi. 

Dan nyatanya akting Joaquin Phoenix sebagai pemeran utama, disamping skenario filmnya memang patut diacungi jempol. Hanya saja ternyata film ini tak se-berat yang saya kira. Dulu, ketika sedang hypenya quotes "orang jahat adalah orang baik yang tersakiti" saya ikut memberi komentar tanpa menonton filmnya. Jujur saja, saya bahkan sudah lupa apa komentar saya soal itu. Setelah menonton filmnya saya justru tidak ambil pusing dengan kutipan itu lagi. Hal paling menarik buat saya dari film Joker adalah bagaimana Joker akhirnya 'lepas dari depresi' dan menjadi 'normal'. Ia melepaskan diri dari obat-obatan dan segala hal yang menekan 'jatidiri'nya. Terlepas dari sosok Joker yang dikenal di berbagai cerita, film ini justru menggambarkan lahirnya seorang 'Robin Hood' dengan mental health issues yang bangkit dari keterjajahan meski dengan cara yang benar-benar gila.

Nah keesokan harinya saya mencoba menonton film lain. Judulnya Marriage Story. Di luar dugaan, setidaknya buat saya, film ini lebih 'berat' daripada Joker. Sedikit spoiler, film ini membawa kita melihat dua orang pribadi, suami dan istri yang sedang melalui proses perceraian. Masalahnya dua insan ini sebenarnya sudah sangat mengenal satu sama lain dan di beberapa titik keterlibatan orang lain justru memperburuk tingkat konflik diantara keduanya. Padahal mereka punya anak semata wayang yang berpotensi besar merekatkan hubungan mereka kembali. Film ini menggambarkan bagaimana rusaknya hubungan keluarga oleh isu-isu yang simpel dan umum seperti ego, karir dan orang ketiga. Namun emosi penonton dimainkan dengan naik turunnya hubungan para tokoh yang membuat bimbang apakah harus berharap atau pasrah.

Buat saya, Marriage Story ini menggambarkan betapa rentan dan rapuhnya hubungan antar manusia. Serapuh kondisi kejiwaan Arthur Fleck. Pria yang kemudian menjadi Joker. Dan memang nyatanya hubungan manusia itu rapuh. Orang Timur cenderung masih punya etika untuk menyembunyikan ketidakharmonisan ketimbang orang Barat yang cenderung lebih blak-blakan. Ini tidak hanya terjadi di rumah tangga. Hubungan di tempat kerja, hubungan antara politisi, antar pejabat dan banyak lagi yang lainnya. Tidak heran yang tadinya teman bisa mendadak menjadi lawan. Yang tadinya satu gerbong jadi beda gerbong. Ya faktor yang mempengaruhi diantaranya itu tadi, ego, ambisi dan bisikan orang sekitar.

Satu lagi pelajaran dari film Marriage Story adalah, hindari jalur hukum sebisa mungkin. Saya tidak bilang hukum itu buruk, tapi dalam praktiknya pelaku di bidang hukum bisa terjebak pada kepentingan dan bukan kebijaksanaan.

Comments

Popular posts from this blog

Hello old friends

Devilito

Tirta Yatra ke Blambangan dan Lumajang