Posts

Mistis

Image
Jika Mistis berasal dari kata Misteri/Misterius, maka sesungguhnya percuma memperdebatkan hal yang mistis/misterius, karena misterius itu tak diketahui. Karena itu disebut misteri, tak bisa dijelaskan dengan logika. Yang sakit bisa sembuh, yang ada jadi tidak ada, begitupun sebaliknya, atau hal-hal mistis lainnya. Apa yang kamu lihat mistis mungkin jadi tak mistis bagi orang lain yang bisa melihat apa yang tak terlihat. Tapi bagaimana mempercayai sesuatu dibalik yang mistis itu sementara kamu tak bisa melihat penjelasannya. Hanya bermodal percaya. Jadi sengotot-ngototnya orang berdebat tentang sesuatu yang mistis, semisal agama atau keajaiban lainnya maka pasti tak akan ada titik temunya, hanya rasa yang berubah karena ‘katanya’ sementara faktanya tak ada yang dilihat, tetap saja misterius. Bahkan jika rasa yang muncul bukan dari ‘katanya’ tapi rasa yang muncul dari memang keadaan fisik/non fisik yang lebih baik/lebih buruk, tetap saja itu misteri. Itu sebabnya mistis itu sebaiknya per

Coblosan 2020

Image
bekas tetesan tinta di jari kelingking Ada dua hal baru dalam pesta demokrasi tahun ini buat saya. Kesatu, ini pertama kalinya saya menggunakan hak pilih saya sebagai warga Kota Denpasar. Ketika saya pindah ke Bali sepuluh tahun lalu, status saya adalah warga Kabupaten Buleleng selain karena itu kampung halaman, orang tua saya punya tempat tinggal disana. Namun sesungguhnya sejak waktu itu saya sudah tinggal di Kota Denpasar. Setelah melalui beberapa pertimbangan, satu setengah tahun yang lalu saya memindahkan status kependudukan saya ke Denpasar. Kedua, tentu saja sama seperti semua pemilih Pilkada 2020 ini, ini pertama kalinya Saya mencoblos dalam kondisi pandemi. Apa memangnya beda pandemi dan tidak? Tentu saja beda.  Pemuda yang datang ke rumah saya membawakan kartu pemilih mewanti-wanti dengan jelas.  “Tolong diperhatikan jamnya ya Pak. Soalnya kondisi pandemi,” kata pemuda itu.  “Biar tidak berkerumun ya. Ok, terima kasih,” jawab Saya. Saya datang sesuai dengan jadwal yang terter

DENDA MASKER

Image
Foto: Diskominfos Provinsi Bali Bali menetapkan denda seratus ribu rupiah bagi warga yang beraktivitas tidak menggunakan masker. Dasarnya Pergub No. 46 Tahun 2020 yang ditetapkan tanggal 31 Agustus 2020. Selama satu minggu setelah diterbitkan ada masa sosialisasi. Dalam masa ini Satpol PP, instansi terkait termasuk relawan Covid-19 Bali melakukan sosialisasi dan membagikan masker. Sebelumnya, 6 Agustus 2020 sudah ada Inpres No 6 Tahun 2020. Inpres ini diantaranya mengatur sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan. Mulai dari teguran, denda hingga penutupan usaha. Kesinilah Pergub No. 46 Tahun 2020 ‘menginduk’. Aturan pasti menimbulkan pro dan kontra. Apalagi menyangkut denda. Bagi masyarakat awam denda ini seakan menjadi tekanan baru bagi ekonomi yang sudah susah. Namun bagi yang percaya Covid-19 itu ada, seperti misalnya para tenaga kesehatan, aturan ini menjadi penyemangat. Bahwa Pemerintah masih berusaha untuk mencegah penyebaran Covid-19. Meski dengan sedikit paksaan. Tapi bukankah

Penjual Cangkul

Image
foto: merdeka.com Suatu hari di toko pertukangan datang dua orang pengunjung yang ingin membeli cangkul. Sebagai bentuk keramahan penjual mengajak bicara para pembeli. Penjual : Beli Cangkul buat bercocok tanam ya Pak? Pembeli 1 : Betul Pak, daripada nggak ada kerjaan saya mau tanami pekarangan di belakang rumah dengan beberapa bibit tanaman yang saya dapat dari teman Penjual : Bagus Pak, minimal kalau tidak dijual ada untuk dimakan. Tapi Bapak harus belajar juga gimana cara menanam yang benar. Pembeli 1 : Iya Pak, saya sudah baca dan tanya sama teman. Mudah-mudahan berhasil. Terima kasih ya. Pembeli pertama bergegas meninggalkan toko untuk memulai pengalaman bertaninya. Selanjutnya Penjual melayani Pembeli kedua Penjual : [Cangkulnya] Buat cocok tanam Pak? Pembeli 2 : Bukan Pak, saya mau gali harta karun di halaman belakang rumah saya. Penjual : Hah! Kok Bapak tau disitu ada harta karun? Pembeli 2 : Saya sudah pernah dengar cerita ini dari pertama kali beli r

Kok Nggak Swab Test Aja?

Image
Di tengah munculnya berita yang menyebut hasil rapid test sebagai positif corona (COVID-19), di sebuah forum muncul pertanyaan: Kenapa tidak langsung swab test saja? Pemikiran semacam ini sebenarnya sudah sampai ke kepala Ketua Gugus Tugas Pencegahan COVID-19 Doni Monardo. Dalam keterangannya yang dimuat media awal April 2020, ia menyebut Pemerintah akan beralih meningkatkan kapasitas Tes Swab PCR di Indonesia sebagai alat tes yang lebih akurat untuk mendeteksi kasus positif COVID-19. Akurasi memang menjadi biang munculnya pemikiran ini. Rapid test  cenderung memiliki akurasi yang rendah terhadap kasus COVID-19, sekitar 36 persen. Tapi di saat yang sama Doni juga mengatakan tak akan meninggalkan Rapid Test. Ia mengatakan akan mencari rapid test yang lebih baik. Alasan lain yang membuat pemerintah kemungkinan tidak akan meninggalkan rapid test adalah kemudahan penggunaannya. Rapid test paling tidak bisa dipakai untuk menentukan bahwa seorang yang memiliki resiko terpapar virus

TANPA PSBB, BALI PALING PATUH #DIRUMAHAJA?

Image
Situasi Denpasar satu hari setelah Nyepi. Foto: dok pribadi. Tidak sedikit aspirasi di daerah yang meminta PSBB diterapkan. Padahal penerapan PSBB apalagi lockdown tidak bisa dilakukan semudah itu. Perlu latar belakang yang kuat seperti misalnya terjadi peningkatan kasus yang signifikan. Bukan apa-apa konsekuensinya terhadap aktivitas ekonomi masyarakat cukup signifikan. Di tengah pro kontra itu, Google membuat laporan soal aktivitas masyarakat di tengah pandemi ini. Google punya kemampuan untuk itu. Tercatat jumlah ponsel pintar (HP) yang beredar di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 355,5 juta, lebih banyak daripada populasi penduduk Indonesia yang hanya 268,2 juta. Ini dimungkinkan karena banyak warga mampu yang memiliki lebih dari satu HP. Sebagian besar HP yang beredar ini menggunakan sistem operasi Android milik Google. Ini karena harga HP android rata-rata lebih murah daripada HP dengan sistem operasi lain. Selain itu penyedianya pun lebih banyak yang didominasi merek

THANOS DAN ULAT BULU

Image
Pagi ini saya mendapati seekor ulat bulu sedang asyik menggerogoti daun bunga Sandat. Tunggu dulu ternyata bukan satu, tapi ada beberapa. Bahkan mereka sedang asyik menggerogoti bunga Jepun kuning yang saya tunggu berbunga. Hal ini membuat saya kesal. Dan kadang-kadang saya bisa kejam kalau lagi kesal. Bukan saya sih, tapi pengaruh rasi bintang Scorpio saya (cari kambing hitam). Maka, hari ini saya habiskan untuk menumpas para ulat bulu itu. Langsung ke sumbernya. Kebetulan sumbernya ada di tanah kosong sebelah rumah. Saya habisi tanaman jarak yang menjadi sumber berkembang biaknya ulat bulu tersebut. Tiba-tiba saya menjadi Thanos buat para ulat bulu itu. Bahkan lebih parah dari Thanos, Saya tak berpikir untuk menyisakan setengah populasi. Menumbangkan beberapa pohon jarak tak cukup. Ketika para ulat bulu itu bertengger di sisa potongan pohon, obor saya langsung terbang menyambar ulat bulu yang masih tampak di depan mata. Setelah proses yang melelahkan itu saya terduduk dan